Blog ›

7 Indikator Keberhasilan Produksi Massal Ini Wajib Diketahui

I

Pernahkan Anda mendengar tentang indikator keberhasilan produksi massal? Lalu, apakah Anda tahu apa peruntukkan dan tahapannya?

Bagi Anda yang berkecimpung di sektor produksi massal, hal seperti ini semestinya menjadi pemahaman wajib. Perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur seharusnya memperhatikan yang menjadi indikator keberhasilan di dalamnya.

Untuk menjawab rasa penasaran dan pertanyaan di atas, Anda bisa menyimak penjelasan mengenai 7 indikator keberhasilan produksi massal yang dapat digunakan dalam melakukan analisis dan mengukur keberhasilan proses manufaktur, seperti yang dikutip dari Leading Edge Group.

apa saja indikator keberhasilan produksi massal?

1. Jumlah Produksi (Produktivitas)

Indikator pertama yang membantu untuk menganalisa keberhasilan produksi massal adalah jumlah produksi atau produktivitas perusahaan yang diperoleh dari produksi massal.

Sebuah produksi massal dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan produk dengan jumlah yang besar dan sudah terstandarisasi.

Dalam hal ini, jumlah produksi yang dihasilkan dari produksi massal menjadi salah satu indikator yang menggambarkan apakah produksi massal sudah mencapai target yang ditentukan atau belum.

Jumlah produksi ini dapat dilihat dari total jumlah produk yang dihasilkan pada setiap shift, setiap pekan atau setiap dilakukan pergantian mesin.

Pada banyak kasus yang terjadi di perusahaan, biasanya jumlah total ini dibandingkan dengan antar shift sebagai salah satu pemicu persaingan antar karyawan.

Di sisi lain, hal ini sesuai dengan tujuan perusahaan dalam meningkatkan produktivitasnya.

Baca Juga: Produksi Massal: Pengertian, Ciri, Keuntungan, dan Contohnya

2. Reject Ratio

Produk reject merupakan produk yang tidak memenuhi standar kualitas barang yang sudah ditentukan oleh perusahaan sebelum melakukan proses produksi.

Dalam sebuah proses produksi menjadi hal yang biasa saat terdapat barang atau produk yang reject, atau produk yang rusak dan tidak memenuhi standar kualitas produk yang sudah ditentukan.

Namun, rasio dari reject ini perlu diperhatikan. Karena jika rasio barang reject terlalu tinggi akan mempengaruhi laju proses produksi dan berpengaruh pada jumlah serta kualitas barang yang diproduksi.

Reject ratio merupakan kebalikan dari Direct Acceptance Ratio (DAR). Dengan satu kali penghitungan, Anda dapat mengetahui tingkat reject sekaligus tingkat penerimaan langsung.

Berikut contoh penghitungannya.

Jika yang diketahui adalah Jumlah Unit yang baik
= Jumlah unit yang baik Good Qty / Total Jumlah Unit yang diproduksi * 100

atau jika yang diketahui adalah Jumlah Unit yang cacat :
= 100 – (Jumlah unit yang cacat / Total Jumlah Unit yang diproduksi * 100)

Contoh misalnya:

Sebuah Jalur produksi yang memproduksi Printer di Perusahaan “Indo Electronics” dengan jumlah unit yang baik sebanyak 80 unit, Jumlah Unit yang Cacat (Reject) adalah 20 unit dan Total Jumlah Unit yang berhasil jadi Output adalah 100 unit. 

Hitungan DAR:

Jawaban :

Berdasarkan Jumlah Unit yang baik:
80 unit / 100 unit *100 = 80%;

Hitungan Reject Ratio:

Berdasarkan Jumlah Unit yang Cacat :
100 – ( 20 / 100 ) * 100) = 100 – ( 20 ) = 80%

Jika tingkat DAR-nya adalah 80%

Jika yang ingin Anda hitung adalah Tingkat Cacatnya Produksi (Production Rejection Rate, maka rumusnya adalah sebagai berikut:

= Jumlah Unit yang Cacat / Total Jumlah unit yang diproduksi * 100
= 20 / 100 * 100 = 20%

Jadi tingkat Rejection Rate adalah : 20%

3. Kecepatan (Rate)

Kecepatan atau rate dalam proses produksi juga menjadi salah satu indikator yang mempengaruhi keberhasilan sebuah produksi massal.

Kecepatan yang rendah akan berpengaruh pada profit yang akan diperoleh perusahaan. Perusahaan dapat mengalami penurunan keuntungan saat tingkat kecepatan yang digunakan terlalu rendah.

Sedangkan tingkat kecepatan yang tinggi akan berpengaruh pada kualitas produk yang dihasilkan.

Hal ini menjadikan kecepatan dalam proses produksi perlu memiliki tingkat kecepatan yang konsisten sesuai dengan kecepatan yang sebelumnya sudah ditentukan.

Sehingga perusahaan perlu mempertimbangkan dalam menetapkan laju kecepatan produksi massal, untuk dapat menghasilkan produk dengan konsistensi kualitas sebagai salah satu hal yang menunjukkan keberhasilan sebuah produksi massal.

Baca Juga: Apa Itu Perusahaan & Industri Manufaktur? Ini Penjelasannya!

4. Memiliki Target atau Pencapaian

Setiap perusahaan tentu memiliki target atau capaian yang ingin dituju dalam jangka waktu tertentu. Termasuk target dari proses produksi yang dilakukan di sebuah perusahaan.

Target ditetapkan dengan menentukan keluaran atau output, tingkatan produk dan kualitas produk. 

Adanya target yang ditetapkan oleh sebuah perusahaan ini untuk mendorong karyawan dapat mencapai target pada setiap kategori yang sudah ditentukan.

5. Takt Time

Sebuah proses produksi massal yang memberikan keuntungan efisiensi ini tidak lepas dengan waktu yang digunakan dalam proses produksi.

Waktu yang dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan sebuah pekerjaan disebut dengan Takt Time. Istilah ini juga tak jarang digunakan dalam proses produksi massal.

Takt time merujuk pada waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan sebuah produk dan waktu yang dibutuhkan pada siklus operasi tertentu dalam proses produksi.

Dengan mengetahui informasi waktu yang dibutuhkan dalam sebuah proses produksi ini akan dapat membantu produsen dalam melakukan identifikasi titik mana yang menghambat proses produksi.

Sehingga dengan mengetahui letak hambatan pada proses produksi akan segera dapat diatasi dan waktu yang dibutuhkan untuk proses produksi massal dapat kembali sesuai dengan yang sudah ditetapkan.

Karena dalam hal keberhasilan proses produksi, waktu yang digunakan dalam memproduksi barang menjadi salah satu hal yang cukup krusial.

Saat perusahaan tidak mengetahui hambatan yang akan memperpanjang waktu produksi, maka proses produksi menjadi tidak efisien.

Baca Juga: Proses Manufaktur: Pengertian, Jenis, hingga Contohnya

6. Overall Equipment Effectiveness (OEE)

Overall Equipment Effectiveness atau (OEE) adalah keefektifan peralatan secara keseluruhan.

OEE menjadi salah satu indikator keberhasilan sebuah proses produksi karena ini akan membantu produsen dalam mengetahui dan mengidentifikasi apakah peralatan yang ada dalam proses produksi sudah dimanfaatkan dengan efisien.

Peralatan secara keseluruhan mulai dari sumber daya manusia, mesin dan peralatan yang mendukung proses produksi dipastikan digunakan secara efisien dan tidak mengganggu proses produksi.

7. Downtime

Pada jalannya proses produksi, ada waktu di mana pengoperasian dihentikan yang ini biasa disebut dengan downtime atau waktu henti. Downtime ini terjadi dengan tidak direncanakan karena ada beberapa hal yang menjadi sebab.

Misalnya karena perbaikan mesin, kerusakan software dan hardware atau salah pengoperasian mesin dan juga dapat terjadi karena minimnya perawatan mesin.

Downtime menjadi salah satu indikator yang penting dalam keberhasilan sebuah produksi. 

Karena dengan meminimalisir downtime sama artinya dengan meningkatkan keuntungan. Dan saat banyaknya downtime berarti kehilangan keuntungan.

Pada banyaknya kasus yang terjadi di perusahaan, operator kadang perlu menggunakan kode alasan sebagai sesuatu yang membenarkan terjadinya downtime.

Hal ini dilakukan agar penyebab downtime dapat diidentifikasi dan ditinjau lebih lanjut.

Baca Juga: Apa Itu Maintenance? Kenali Jenis, Tujuan, serta Contohnya

Tahapan-Tahapan dalam Melakukan Produksi Massal

Sebelum perusahaan memutuskan untuk melakukan produksi massal, ada beberapa step yang perlu diperhatikan yang turut menjadi indikator keberhasilan tahapan produksi massal seperti berikut ini.

1. Dokumentasi Persyaratan Produk (Product Requirements Documentation/PRD)

Dokumen persyaratan produk ini pada umumnya dibuat oleh Manajer Produk dan dibawah tanggung jawabnya.

Setelah dokumen persyaratan produk ini dibuat, Manajer Produk perlu untuk meminta saran, masukan dan persetujuan dari semua pimpinan yang lain.

Seperti pimpinan Teknik, Penjualan, Pemasaran dan Eksekutif.

Setelah disetujui oleh semua pimpinan tersebut, selanjutnya dokumen persyaratan produk ini menjadi dasar dalam semua pengambilan keputusan selanjutnya.

Keputusan harus sesuai dengan apa yang sudah tertulis dalam dokumen persyaratan produk yang sudah dibuat dan disetujui.

Dokumentasi persyaratan produk yang perlu disiapkan biasanya mencakup dokumen berikut:

  1. Daftar lengkap fitur produk.
  2. Matrik kinerja spesifik yang harus ada pada setiap fitur.
  3. Perkiraan volume produksi.
  4. Rencana biaya target untuk produksi.
  5. Target jadwal rilis produk.
  6. Roadmap produk.

2. Validasi dan Pengujian Teknik (Engineering Validation and Testing/EVT)

Tahap selanjutnya adalah validasi dan pengujian teknik atau Engineering Validation and Testing (EVT). 

Pada tahap validasi dan pengujian teknik ini, tim teknik melakukan segala macam cara untuk dapat melakukan implementasi fitur yang sebelumnya sudah diuraikan dalam dokumentasi persyaratan produk.

Tujuannya adalah untuk dapat mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi dari persyaratan yang telah diuraikan dalam dokumen persyaratan produk.

Sehingga dengan melakukan proses identifikasi ini, selanjutnya dapat dilakukan antisipasi cara untuk dapat menghilangkan atau mengurangi risiko yang kemungkinan akan terjadi.

Tahap ini menjadi salah satu tahap yang penting sebelum melakukan produksi produk yang sesuai dengan uraian pada dokumen persyaratan produk. 

Karena tahap ini menguji kesiapan dari semua persyaratan fungsional dan matrik kinerja yang akan dijalankan.

Baca Juga: Metode OEE (Overall Equipment Effectiveness) di Manufaktur

3. Validasi dan Pengujian Desain (Design Validation and Testing/DVT)

Tahap selanjutnya adalah validasi dan pengujian desain atau (Design Validation and Testing/DVT) yang merupakan tahap yang berharga juga dalam tahapan proses produksi massal.

Tahap ini bertujuan untuk menguji sampai pada tampilan akhir produk, untuk menyesuaikan dengan kebutuhan pelanggan.

Tahap ini adalah tahap di mana Anda mulai memilih bahan, komponen hingga desain yang akan digunakan dalam kemasan produk yang sesuai dengan uraian pada dokumen persyaratan produk.

Jika memungkinkan, pada tahap ini juga dapat ditunjukkan tampilan akhir dari produk yang sesuai dengan rancangan pada dokumen persyaratan produk.

Tampilan akhir dari produk ini nanti akan diperlihatkan pada calon pelanggan untuk mendapatkan masukan dan menilai kesesuaian produk dengan pasar.

Untuk dapat melanjutkan tahap selanjutnya, produk di tahap ini perlu mendapatkan persetujuan dari pimpinan semua tim.

Persetujuan ini menunjukkan bahwa produk sudah memenuhi persyaratan secara fungsional dan persyaratan estetika sesuai PRD dengan desain dan komponen yang digunakan.

Bahan dan komponen yang dipilih juga melalui proses revisi sampai pada pilihan bahan dan komponen yang akan digunakan pada produksi akhir.

Ini dikarenakan tahap DVT merupakan tahap yang berharga sebelum Anda mulai melakukan investasi modal untuk keperluan bahan, peralatan dan kebutuhan lain.

4. Validasi dan Pengujian Produksi (Production Validation and Testing/PVT)

Setelah sampel produk dinyatakan lolos dari tahap DVT dan disetujui, maka tahap selanjutnya adalah validasi dan pengujian produksi atau (Production Validation and Testing/PVT).

Tahap PVT dapat disebut juga sebagai tahap pre-produksi karena tahap ini merupakan tahap menuju akhir sebelum memulai proses produksi.

Tahap ini dilakukan untuk memastikan bahwa produk yang sudah melalui tahap sebelumnya dapat diproduksi dengan volume yang lebih besar dan dengan biaya target yang sudah tertulis pada PRD.

Pada tahap ini Anda membutuhkan masukan dari pemasok terhadap desain produk Anda, terkait dengan komponen dan bahan yang mungkin akan mengalami perubahan.

Hal ini perlu dipastikan sebelum produk Anda benar-benar siap untuk masuk ke tahap produksi. Karena salah satu tujuan dari proses ini adalah untuk memperkuat proses produksi dan menyiapkan rantai pasokan untuk produksi.

Oleh karena itu, pada proses pre-produksi ini sebaiknya menggunakan rantai pasokan bahan, komponen dan aset manufaktur yang sesungguhnya.

Hal ini akan membantu melihat di mana kelemahan dari rangkaian proses produksi yang akan dilakukan nantinya.

Selain itu, tahap ini juga menentukan apakah Anda siap untuk mulai naik pada proses produksi dan meningkatkan volume produksinya.

Setelah setiap tahap dilewati dan dipastikan Anda sudah siap untuk mulai pada proses produksi, ada tahapan yang perlu dilewati untuk keluar dari tahap ini.

Pabrikan sebagai tempat yang nantinya akan melakukan produksi sudah menandatangani persetujuan bahwa rantai pasokan sudah diatur.

Sudah diatur dalam artian suku cadang dapat dipesan pada waktu tunggu, harga dapat diterima serta prosedur perakitan dan pengujian yang akan digunakan dapat diulang dan diandalkan.

Di tahap ini, Anda juga perlu memastikan dan menyetujui bahwa kinerja dan kualitas produk akhir sudah sesuai standar yang ditentukan pada PRD sebelum memulai proses produksi yang sebenarnya.

Baca Juga: Mengenal Teknologi Manufacturing Execution System (MES)

5. Pelaksanaan Proses Produksi

Setelah rangkaian proses pengujian yang sebelumnya sudah dilakukan, selanjutnya adalah masuk kepada proses produksi. 

Pada tahap ini, sebagian besar tanggung jawab ada pada produsen. Di mana proses produksi perlu dilakukan dengan bertahap dengan menambahkan volume produksi.

Produsen juga melakukan pemantauan terhadap kualitas produk agar sesuai dengan standar produk yang telah dibuat sebelumnya.

Untuk mencapai tujuan produksi ini, Anda perlu bekerja sama dengan tim pabrikan termasuk dengan tim pengadaan agar dapat membangun rantai pasokan yang kuat dan tetap.

Ini dilakukan untuk menjaga biaya dan waktu tunggu tetap rendah. Selain itu, produsen juga dapat bekerja sama dengan tim manufaktur untuk menjaga kualitas produk.

Mulai dari peningkatan efisiensi, peningkatan hasil dan bagaimana caranya menurunkan biaya produksi.

Proses produksi ini perlu untuk dilakukan pemantauan secara berkala, karena proses produksi yang baik akan berpengaruh pada produk yang dihasilkan.

Baca Juga: Mengenal Konsep dan Contoh Smart Manufacturing di Perusahaan

Pertanyaan Seputar Indikator Keberhasilan Produksi Massal

Selain itu, berikut ini beberapa pertanyaan yang sering dicari orang-orang mengenai indikator penting dalam keberhasilan produksi massal.

1. Jelaskan Apa yang Dimaksud dengan Indikator Keberhasilan Produksi Massal!

Jika Anda bertanya apa itu indikator keberhasilan produksi massal, maka jawaban umumnya adalah salah satu kegiatan dalam manajemen produksi manufaktur.

Indikator juga disebut sebagai patokan atau penentu, apakah sebuah produksi massal yang dilakukan dikatakan berhasil atau tidak.

Sehingga, indikator tersebut menjadi pengukuran keberhasilan relatif dari sebuah proses manufaktur, apakah sudah mencapai target dan tujuan yang sudah ditentukan pada saat perencanaan atau belum.

2. Apa Saja Indikator dalam Keberhasilan Produksi Massal?

Ada 7 indikator utama dalam keberhasilan produksi massal yang dapat Anda pahami, poin-poin tersebut diantaranya mengenai:

  • Jumlah Produksi (Produktivitas)
  • Reject Ratio
  • Kecepatan
  • Memiliki Target atau Pencapaian
  • Takt Time
  • Overall Equipment Effectiveness (OEE)
  • Downtime

3. Bagaimana Teknik Pengukuran Indikator Keberhasilan Manajemen Produksi Massal?

Cara atau teknik mengukur keberhasilan produksi massal, dapat dilakukan dengan mengetahui terlebih dahulu kriteria penting yang menjadi indikator keberhasilannya.

Adapun beberapa kriteria penting yang menjadi pengukurannya, yaitu meliputi:

  • Produktivitas kerja 
  • Perhitungan produktivitas dalam perusahaan, terkait perbandingan antara volume keluaran (output) dengan volume masukan (input)
  • Dimensi keberhasilan produktivitas (sikap kerja, keterampilan, hubungan antara tenaga kerja dengan pimpinan perusahaan, efisiensi tenaga kerja, hingga manajemen produktivitas
  • Kapasitas Produksi (Hasil, jumlah unit yang diproses, diterima, disimpan, atau diproduksi)
  • Kemampuan mendapatkan laba atau keuntungan hasil produksi

4. Apa Tujuan dari Adanya Indikator Keberhasilan dalam Produksi Massal?

Singkat namun jelas, tujuan adanya indikator keberhasilan produksi massal adalah untuk mengukur dan melihat kemajuan yang dibuat untuk mencapai target yang sudah direncanakan.

Baca Juga: Sejarah Perkembangan Revolusi Industri Era 1.0 sampai 4.0

Penutup

Proses produksi massal membutuhkan analisis yang lebih baik dan detail dari perusahaan yang menjalankannya. Selain itu, ada persiapan dalam merencanakan pelaksanaan produksi massal, serta tahapan yang harus dilalui.

Keberhasilan produksi massal tentu menjadi tujuan atau target sebuah perusahaan manufaktur. Karena itu, ada beberapa indikator keberhasilan yang perlu ditingkatkan secara bertahap.

Selanjutnya, apakah Anda ingin meningkatkan performa lini produksi dengan sistem monitoring dan analytics yang akurat, atau efisiensi kegiatan produksi secara signifikan dengan menekan biaya perawatan?

Dengan adanya perangkat Machine Monitoring & Analytics dari Auk Industries serta sistem Pencatatan Produksi Manufaktur, semuanya dapat diwujudkan.

Dapatkan kemudahannya melalui IT Consulting & Software Solution, dengan klik banner berikut!

Bagikan Artikel Ini

Layanan Sasana Digital