Kinerja perusahaan dinilai dari kemampuan suatu perusahaan untuk menciptakan proses yang efektif dan efisien. Untuk meningkatkan kinerja perusahaan, diperlukan perbaikan secara terus-menerus. Banyak pemborosan yang terjadi di perusahaan tanpa disadari oleh pelakunya. Selama ini perusahaan merasakan adanya pemborosan yang sering terjadi. Tetapi perusahaan jarang melakukan pengukuran. Padahal, pemborosan sangat berpotensi mengurangi efisiensi perusahaan.
Lean Manufacturing merupakan konsep manufaktur untuk menghasilkan produk yang efisien dengan mengurangi biaya produksi melalui efisiensi. Ini merupakan konsep perampingan produksi yang berasal dari Jepang. Konsep Lean diadopsi dari sistem produksi Toyota dan berorientasi pada pengurangan waste (pemborosan) yang terjadi pada sistem produksi agar berjalan dengan efektif dan efisien.
Dalam konsep Lean, dikenal 7 macam pemborosan yang meliputi produksi berlebih, transportasi material yang berlebihan, menunggu, proses yang tidak perlu, persediaan, pergerakan dan cacat produk.Lean Manufacturing berupaya untuk menciptakan aliran produksi sepanjang value stream dengan menghilangkan segala bentuk pemborosan serta meningkatkan nilai tambah produk kepada pelanggan.
Lean Manufacturing mendorong terciptanya fleksibilitas pada sistem produksi yang mampu beradaptasi secara cepat terhadap perubahan kebutuhan pelanggan dengan sistem produksi yang ramping dan persediaan yang rendah. Selain itu, pendekatan ini dapat mengurangi unecessary inventory, menambah pengetahuan mengenai proses produksi, menghemat biaya, pengurangan cacat sehingga kualitas meningkat, mengurangi lead time produksi dan mengurangi pemborosan.
Konsep pendekatan ini dirintis oleh Taichi Ohno dan Shigeo Shingo dimana implementasi dari konsep ini didasarkan pada 5 prinsip:
1. Menentukkan keinginan pelanggan
2. Menciptakan value stream
3. Membuat proses mengalir one piece flow
4. Menggunakan sistem pull
5. Mengulangi improvement terus menerus
Dalam aplikasi lean, pemborosan atau waste harus di eliminasi. Pemborosan merupakan aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah. Oleh karena itu, pemborosan harus di eliminasi karena dapat menyebabkan proses produksi menjadi tidak efisien. Tujuh pemborosan yang umumnya muncul dalam industri manufacturing tersebut terdiri dari:
1. Waste of Overproduction (Produksi yang Berlebihan)
Pemborosan yang terjadi karena kelebihan produksi. Hal tersebut bisa dikarenakan set up mesin yang lama, kualitas yang renah, atau tidak adanya production planning yang akurat.
2. Waste of Inventory (Inventori)
Pemborosan yang terjadi karena inventori merupakan salah satu akibat dari waste overproduction dan menjadi indikasi menurunnya kinerja penjualan.
3. Waste of Defects (Cacat/Kerusakan)
Pemborosan yang terjadi karena buruknya kualitas atau adanya kerusakan (defect) sehingga diperlukan perbaikan.
4. Waste of Transportation (Pemindahan/Transportasi)
Pemborosan yang terjadi karena tata letak (layout) produksi yang buruk, pengorganisasian tempat kerja yang kurang baik
5. Waste of Motion (Gerakan)
Pemborosan yang terjadi karena gerakan/aktivitas pekerja maupun mesin yang tidak perlu dan tidak memberikan nilai tambah terhadap produk.
6. Waste of Waiting (Menunggu)
Pemborosan yang terjadi karena proses yang tidak seimbang, kerusakan mesin, supply komponen yang terlambat, hilangnya alat kerja atau menunggu keputusan dan informasi tertentu.
7. Waste of Overprocessing (Proses yang berlebihan)
Pemborosan terjadi karena prosesnya tidak bisa memberikan nilai tambah bagi produk yang diproduksi maupun customer
Baca Juga: Sejarah Perkembangan Revolusi Industri Era 1.0 sampai 4.0
Ingin meningkatkan performa lini produksi dengan sistem monitoring dan analytics yang akurat? Atau ingin mengefisiensikan kegiatan produksi secara signifikan dengan menekan biaya perawatan?
Semuanya dapat Anda wujudkan dengan perangkat manufaktur Machine Monitoring & Analytics dari Auk Industries yang telah membantu banyak perusahaan. Simak detail perangkatnya di bawah ini!