Anda mencari caranya iklan anti boncos? Untung Anda datang kemari. Sebab tulisan ini akan membahas bagaimana mengendalikan Customer Acquisition Cost.
Biaya akuisisi adalah salah satu metrik penting dalam strategi pemasaran digital. Khususnya pada bisnis yang Anda kelola nantinya.
Biaya akuisisi menentukan seberapa besar biaya yang dikeluarkan untuk setiap satu customer yang didapat. Simak tulisan ini agar Anda tahu cara mengoptimalkannya.
Setiap perusahaan yang menggunakan strategi pemasaran berbayar atau paid marketing tentu memahami berapa nilai biaya akuisisi tertinggi yang bisa mereka tanggung per customer.
Kok bisa? Sebab biaya akuisisi menentukan berapa nominal yang perlu dibayarkan untuk setiap satu prospek yang menjadi pelanggan Anda.
Metrik ini terbilang sangat krusial. Apabila biaya akuisisi terlalu tinggi, maka ada kemungkinan bisnis Anda tidak mendapat profit sama sekali dari iklan yang ditayangkan.
Bukankah itu buruk dan berbahaya?
Biaya Akuisisi dan Customer Lifetime Value
Biaya akuisisi (atau biasa disebut sebagai CAC (Customer Acquisition Cost)) memiliki hubungan yang erat dengan Customer Lifetime Value atau LTV. LTV adalah metrik yang berfungsi untuk mengukur berapa nilai yang diberikan oleh setiap customer mulai dari dia bertransaksi pertama kali, sampai selesai.
Misalnya jika rata-rata customer Anda berlangganan layanan selama 3 bulan dengan biaya langganan sekitar 200.000 Rupiah, maka nilai LTV rata-rata Anda adalah 600.000 Rupiah per customer.
Dengan memahami rata-rata LTV, maka Anda bisa menentukan nilai biaya akuisisi yang paling masuk akal. Nilai yang masuk akal tersebut nantinya menjadi penyelamat bisnis Anda.
Dalam kasus tadi, anggap margin keuntungan yang didapatkan adalah 40% dari LTV rata-rata (sekitar 240.000 Rupiah), maka total biaya akuisisi dari iklan Anda tidak boleh melebihi dari nilai tersebut.
Kapan Waktu yang Tepat Menggunakannya?
Banyak perusahaan menggunakan metrik ini untuk mengukur keberhasilan mereka, dan memang metrik biaya akuisisi adalah metrik yang paling populer dalam dunia performance marketing. Sayangnya tidak semua kanal pemasaran cocok dihitung dengan metrik ini!
Contohnya seperti SEO (Search Engine Optimization) dimana tidak ada definisi biaya pemasaran yang pasti. Jika Anda menggunakan metrik biaya akuisisi, maka ada kemungkinan perhitungan Anda menjadi kabur dan tidak tepat.
Selain itu, tentunya tidak semua strategi marketing berbayar harus mendapat biaya akuisisi serendah-rendahnya. Contoh saja, mana yang lebih baik antara CAC 100.000 dengan LTV 2.000.000 dan CAC 300.000 dengan LTV 2.500.000? Sebab margin keuntungannya lebih tinggi CAC 300.000.
Jadi coba pakai dahulu strategi digital marketing yang organik. Setelah itu maksimalkan dengan paid marketing pada strategi digital marketing.
Baca Juga: Tutorial Digital Marketing: Mengenal User Journey
Ini 3 Cara Anti Boncos Customer Acquisition Cost
Setelah membaca beberapa pembahasan tadi, kini saatnya Anda mengetahui cara mengatur budget agar iklan tidak boncos.
Kita bisa mulai dari mengatur CAC (Customer Acquisition Cost) terlebih dahulu. Sehingga dampaknya bisa terasa dalam proses bisnis.
1. Mengoptimalkan Funneling dan Marketing Organik
Funneling adalah sebuah konsep strategi dimana perusahaan melakukan segmentasi terhadap kategori calon prospek mereka. Segmentasi ini agar membedakan calon pelanggan sebuah brand.
Umumnya, funnel prospek dibagi menjadi 3: Awareness, Consideration, dan Decision dimana kebutuhan calon prospek atau calon konsumen bisa berbeda di setiap tahapnya.
Funneling yang tepat bisa mengurangi biaya akuisisi yang tidak perlu. Contohnya saat Anda menerapkan digital marketing dan ingin menjangkau konsumen yang masih baru.
Pelanggan seperti ini masih asing dengan kategori bisnis Anda. Juga masih belum memiliki intensional melakukan transaksi, maka Anda bisa gunakan pendekatan SEO dimana SEO tidak menggunakan biaya di muka.
Lalu ketika mereka sudah cukup familiar, barulah saat itu Anda jangkau dengan paid marketing. Secara otomatis budget hanya terpakai untuk calon konsumen yang lebih mudah closing dan biaya akuisisi bisa ditekan.
Baca Juga: Digital Marketing Funnel: Pengertian, Metode, dan Manfaat
2. Melakukan Strategi CRO (Conversion Rate Optimization)
Mendapatkan konversi sebanyak mungkin adalah goal dari semua jenis digital marketing apapun yang Anda gunakan.
Namun faktanya seringkali perusahaan lupa jika website atau akun media sosial yang digunakan untuk brand tidak dioptimalkan demi mendapat konversi secara terarah.
Hilangnya CTA (Call To Action) menjadi alasan mengapa rasio konversi (conversion rate) bisnis Anda menjadi rendah.
Padahal mungkin saja Anda mendapat transaksi yang jauh lebih besar dengan nilai budget yang sama. Itu bukan hal yang mustahil selama paham CRO.
Maka muncul strategi CRO atau Conversion Rate Optimization. Strategi ini membahas khusus tentang bagaimana meningkatkan rasio konversi yang sekarang terjadi. Tentu saja ini berhubungan langsung dengan biaya akuisisi.
Baca Juga: Apa Itu Conversion Rate Optimization dan 5 Kunci Suksesnya?
Anggap saja biasanya brand Anda mendapat rasio konversi sebesar 7% dari kampanye yang saat ini dijalankan dengan biaya sekitar 1.400.000 Rupiah.
Jika Anda biasa mendapatkan 1.000 pengunjung setiap harinya, Anda hanya mendapat 70 konversi saja dan artinya biaya konversi Anda adalah 1.400.000/70 = 20.000 per prospek.
Namun jika Anda bisa meningkatkan rasio konversi tadi menjadi 10%, maka Anda akan mendapatkan sekitar 100 prospek, dimana biaya akuisisi bisa turun drastis ke angka 14.000 per prospek.
3. Menyeimbangkan Iklan Jangka Pendek dan Branding
Ada iklan jangka panjang dan ada iklan jangka pendek. Anda tentu tidak bisa menggunakan metrik yang sama antara kedua jenis iklan tersebut, karena segmen yang ditarget juga berbeda.
Iklan jangka panjang lebih terfokus pada penanaman brand di ingatan masyarakat. Dimana penggunaan CAC tentu tidak relevan, karena bisa saja calon prospek baru melakukan konversi di suatu titik ketika ia membutuhkannya.
Contohnya pada iklan di bulan puasa berbentuk film pendek dari sebuah perusahaan susu. Brand tersebut tidak menjual secara langsung produk yang mereka miliki. Alih-alih menjual, mereka menunjukan betapa orang Indonesia menyukai susu untuk sahur.
Maka perlu diseimbangkan antara iklan jangka panjang anda (branding) dengan jangka pendek. Sehingga ketika iklan Anda menjangkau konsumen yang selama ini terpapar iklan branding, biasanya lebih cepat terkonversi dan secara otomatis membantu menghemat biaya akuisisi.
“Apa yang membuat konsumen membeli dan tidak membeli adalah isi konten dari iklan, bukan dari formulir.”
– David Ogilvy
Penutup
Pada akhirnya Acquisition Customer Cost bisa sangat berguna bila memahami kuncinya. Tiga hal tadi adalah beberapa kunci yang bisa diandalkan untuk menekan biaya akuisisi.
Namun bayangkan bila orang lain sudah paham tiga konsep tadi lebih dahulu dan mengalahkan bisnis Anda perlahan-lahan tanpa Anda sadari. Bukankah itu mengancam keberlangsungan bisnis?
Di saat Anda khawatir sebetulnya Anda bisa memilih tenang. Bagaimana caranya? Yaitu dengan memilih Sasana Digital sebagai partner bertumbuhnya bisnis Anda.
Hanya dengan klik banner di bawah Anda akan merasakan rasakan tim bisnis yang semakin bertumbuh dengan digital marketing!